Selamat Datang Kembali Bung!


    Lama sekali rasanya sudah tak kusambangi blog usang ini, bahkan rasanya beberapa kehidupan sudah aku lewati tanpa orang lain tau. Aku hanya belajar dewasa dari itu, tak lain dan tak bukan. Tak bisa juga aku mengelak bahwa sekarang aku telah menjadi pribadi yang arogan meninggalkan media sosial ini begitu saja hingga sawang-sawangnya yang biasa kita liat di pojokkan rumah yang lama di tinggalkan begitu saja tumbuh di blog ini. Selamat datang kembali bung! Bersihkan semua ini!

Biodata


Mau cerita sedikit2 tentang biodata gw cyinn.. hehe. gw sih lahir di bontang, 9 September 1997. gw orang yg yaa bisa di blang menarik*ngarep. menarik dalam hal apa dulu.. dalam hal mengais harta karun hehehe. gw bisa di bilang gilaa.. gara2 cerita2 gw yg kebanyakan menghayal dan fiktif tp kalo` yg satu ini yaa gg menghayal lah,, masak nunjukkin biodata ke orang pake fiktif segala GACULL... dong. gw mau cerita2 sedikt tentang bapak, Ibu dan Kakak yg legendaris dalam hidupku gara2 perhatiannya pada kelinci yang luar biasa. gw sedih kalo` salah satu kelinci nih,, orang meninggal habis kalo` kelinci meninggal keak orang terkapar habis di bunuh. gw mau nunjukkin salah satu ibu dan bapakku hehe

MAMA BETA *Kanan Bapak Betaa *Kiri

Kalo` mbakku yaaa jgn tanya orangnya mukanya keak kelinci gw yg sepakat kita namai dengan nama Tibrown Syalala nama yg lucu tetapi terbilang kategori wong edann+ wong Alay tp menurutku itu seruuu dan gilaaa I like It ini namanya keluarga akur dan tenang walaupun kadang kita kelai hanya tentang kelinci ohh iyaa nama Mamak Kelinci ini Dian Ambar Kusuma mau tahu pesbuknya?? cari aja sono gw sih ada poto2nya tapi cukup aneh dan gilaaa Dont Try this at Home




Waktu naik mobil Lexus hehehe alias naik mobil Rush Toyota ini oraang sok2 nyetir padahal gg bisa mau nabrak terus ganti gigi aja keak tante2 hamil

ini ada juga aku poto mbakku




luuu mesti ngakak liat nih,, poto gw ngakak satu malam ahahahaha

Sekolah


sekarang gw jadi takut ke sekolah. Gara2 baca komik yang isinya tentang ke jahatan kakak kelas. gw pernah di ancem2 sama kakak kelas dan itu sangat membuatku dalam masalah besar. temen2 gw katanya di tanyain "Wooyy mana namanya aditya manggela heh,,??" eksperesinya marah tp nyebutin manggalanya salah salah satu temen gw menjawab "gg ada dia disini mau ngapain memangnya?" gg lama2 langsung di jawab" Salam Jari Tengah yaa buat dia *FUCK" setelah gw masuk sekolah anak2 pada ngerumunin gw "di Adi km di cari si jari tengah*FUCK di " gw gg tau anak2 nih ngapain gw masuk kelas. Pas itu ada salah satu temen gw blang gara2 cewek. Padahal gw cuma temen lama yaa namanya juga jealous hehe :D

nih,, potoku lg Stress


Main Ke semarang


aku mau crita sedikit pengalaman di semarang kota yg besar ini kota yg Metropiltan pokoknya mall2 di sana memang kalo` di bilang besar nggak kecuali paragon aku mau nunjukkin karya foografiku nih ahahaha







ini namanya lawang sewu

kpan2 aku lanjutkan

Mata kain


Dimulai dari kota berpotensi besar di Indonesia kota yang belum terlalu si kenal oleh masyarakat tanah air ini,, kota yang didirikan karena pabrik-pabrik besar dan kaya. Hanya dari sebuah pabrik terkaya di dunia dan terkaya di Indonesia. Tidak ada yang tau betapa kaya akan negeri ini kecuali kita orang Balikpapan. Kita adalah sekelompok dari beberapa masyarakat saja kami juga bukan apa-apa di Indonesia ini. Kami hanyalah anak kecil yang bertempat tinggal di sebuah TPA(Tempat Pembuangan Akhir) akan tetapi kami bukanlah pengemis.

Kami anak kecil yang hanya tahu bahwa hidup di sini ada lah,, sebuah penyiksaan besar buat mereka yang biasa tinggal di kota beda dengan kami. Kami adalah rona, hakim dan aku (johan) disini aku ingin bercerita sepuas hati karena sekolah pun tak pernah ku jalani.., sekolah sewaktu-sewaktu menjadi sebuah ke banggaan besar di tempat ini. Aku tidak mau menjadi orang yang sombong aku hanya ingin menjadi warga Negara Indonesia yang baik, Tapi mungkin itu hanya sebuah mimpi besar. Bahkan, sudara-saudaraku yang sekarang tak dapat berbuat apa-apa di Negara berpotensi besar ini.

Aku berharap negeri ini dapat menjadi yang terkuat. Cerita ini lah,, yang akan mengawali sebuah pendakian, sebuah kemenangan,sebuah kemajuan untuk bangsa dan anak-anak di negeri ini. Ada yang membuatku jadi tegang dalam bercerita, yaitu preman-preman di sini yang suka mencuri apa saja yang mereka inginkan aku berharap pulpen, kertas,dan mata kain kesayanganku tidak menjadi bahan incaran mereka para preman yang tidak bermoral, aku tidak percaya negeri sejuta orang islam ini sampai begini, tapi itu jangan di pikirkan.

Aku bernama Mochammad Johan Satrio Sariadi ini adalah nama paling panjang di antara keturunan-keturunanku. Bersama orang tuaku yang berpenghasilan minim dengan perkerjaan pemulung, tapi aku bangga. Nama Bapakku adalah Sariadi, sama seperti nama paling belakangku. Sedangkan Ibuku bernama Sukiati, nama-nama mereka adalah sebuah ekspresi besar.

Aku dan teman-temanku Rona dan Hakim adalah segerombol anak-anak pemulung yang mungkin tak punya cita-cita. Bahkan, kami seharian pekerjaannya hanya bermain saja, dengan sebiji mata kain. Kami tidak gila, kami hanya bermain dengan mata kain karena kami tidak punya pilihan yang lain, kami bukan orang kaya beli mainan yang murah saja tak bisa. Memang mata kain atau kancing yang biasa ku kenal dari kecil ini adalah permainan yang tidak biasa. Bagaimana tak biasa hanya dengan tanah dan sebiji mata kain kami bisa sangat senang dan bangga.

Pernah aku mempunyai cita-cita yang sangat tak mungkin aku bisa capai yaitu Photographer(Tukang poto) . Aku pikir cita-cita bagus karena beberapa bulan yang lalu ada seorang dari Photographer dari National Geographic yang ingin tahu lebih dekat kita namanya Williams Ceng bersama rekan-rekannya dia keliatan seperti penasaran dengan permainan kita ini yaitu Mata kain. Aku tentu sangat bangga dengan tempat ini, karena mungkin dengan mereka desa ini akan menjadi TPA yang lebih di rawat lagi. Sudah berbulan-bulan aku menunggu kabar dari Kaltim post tentang desa kami, tapi tak ada apa-apanya desa kami sampai sekarang.


Kami bertiga sangat berharap desa kami dapat seperti TPA di negeri seberang, tapi semua itu tak pernah terjadi sampai kapanpun. Pemerintah disini juga sudah tau bahwa tempat ini tak seburuk seperti yang di laporkan di samarinda dan Jakarta. Kami tau kota yang lebih kecil dari Balikpapan di wilayah Kalimantan Timur ini yaitu Bontang. Aku berpikir bahwa kota ini lebih baik di bandingkan kota kami dan kota samarinda, tapi sayang kami kesana naik apa? Penasaran pada kota ini membuat kami bertiga terus mencari-cari tahu kota ini. Aku hanya tau satu dari kota ini yaitu sekolahnya yang terbaik se-Kaltim bahkan, sekolah di Balikpapan yang super mahal di balap oleh sekolah tersebut.


Kami satu sama lain menceritkan satu persatu cita-cita kami bertiga di mulai dari aku “Aku sih,, pinginnya jadi photographer hebat se-indonesia.” Mereka berdua langsung menjawab dengan “Mimpi kali`!!! wkakakakk.,,” serentak membuat aku kaget, Rona giliran kedua nya “Haha kali ini aku., aku ingin jadi penjual bakso yang cukup sukses.” Ujarnya dengan kata-kata yakinnya. Akan tetapi Hakim hanya terdiam dan kami menanyakan “Cita-citamu apa sih kim?”
Ujar kami berdua dengan rasa tegang. Dia sedikit membuka mulutnya yang gemetar “ehhmm…” “ehmm… apa? Hah?” ujarnya dengan nada yang sedikit keras itu, dia mulai membuka mulutnya lebar-lebar dan berkata-kata “Aku hanya ingin menjadi guru tempat ini. Aku ingin anak-anak di sini menjadi anak-anak yang lebih pintar dari kita han!! Hanya itu saja.” Ujarnya dengan ekspresi mengharukan bagi kami bertiga, memang hanya hakimlah yang bisa bersekolah di desa ini.


Aku pun sempat meneteskan air mata. Ini adalah air mata yang paling aneh, ku teteskan di hadapan temanku ini bahkan Rona hanya menundukan kepalanya dalam-dalam seperti menahan tangisan yang besar. Air mata ini ku teteskan tepat pada Mata kainku, aku tidak percaya orang yang berpendidikan ini hanya itu saja cita-citanya. Membuatku seperti berada di tempat yang di penuhi kesedihan. Hakim meminta agar kita tidak terharu. Akan tetapi,, siapa yang tidak terharu soal cerita ini. Bahkan, menurutku presiden saja bisa menangis dengan cerita ini.

Sambil mengheningkan suasana aku menghayati kata-kata anak ini yang samar-samar yaitu “Jangan sedih ini kan memang sudah janjiku” aku sedikit sesak nafas pada saat itu tangisan yang ku redam seakan membuatku sakaratul maut. Pada akhirnya kita pulang ke rumah masing-masing karena waktu sudah menunjukan magrib tiba. Sebelum ke masjid aku bercerita kepada keluargaku betapa mulianya cita-cita yang Hakim miliki, anak bernama lengkap Hakim Arrauf Saleh ini adalah cirri-ciri anak-anak yang memang pintar. Pada waktu bercerita ibu hanya mendengarkan dengan terpaksa, saat adzan sudah mendengung aku cepat-cepat meminta 2.000 ribu rupiah pada bapak. Saat perjalanan mereka berdua mengahampiriku dengan panggilan “hanok-hanok!!” dengan lari mereka berdua yang seperti cidera.

Saat pergi ke masjid aku hanya menatap muka mereka yang berminyak dengan rasa khawatir saat besar kami tak akan bertemu lagi. Dengan parfum bapakku Rona tiba-tiba menanyakan sesuatu “Woww.. hari ini kamu harum sekali haha pasti kamu memakai parfum ibumu ataupun bapakmu iyakan?” ujar Rona. Aku pun menjawab “Iya kok km tau sih?” “yaa tau lah, wong bapakmu habis beli di toko kecilku haha” ujar anak lugu berlogat jawa ini. Aku senang dengan anak ini karena keluguannya. Begitu kami sampai di masjid Hakim cepat-cepat mengambil air wudhu. Sedangkan, kami berdua wudhu seperti biasanya,, kami serentak berbisik-bisik “Kenapa anak itu? Ada yang aneh,, bahkan, saat kita ngomong pun dia hanya mengangguk-ngangguk” ujar Rona yang bisikannya seperti setan tapi aku hanya menjawab “Mungkin dia sekarang lebih dewasa tidak seperti hari-hari sebelumnya” begitu kami masuk masjid ternyata dia mengagetkan kami di balik pintu masjid dengan teriakan “UWAAA!!!”

Karena begitu aku sangat kaget dan menghela nafas dalam-dalam “Sialan, kukira kamu mau sholat sunnah” ujar Rona “Tadi aku sudah kok,, barusan hehe lama betul kamu wudhu pasti kamu ngomongin sesuatu” ujar Hakim dengan muka yang sangat yakin “Tahu aja kamu kim haha” ujarku.Tak begitu lama komat pun berbunyi serentak kami langsung berbaris meluruskan shaf. Imam memulai sholat. Kulihat yang paling serius hari ini adalah Hakim, suatu keajaiban dia bisa berubah derastis ku pikir selama ini tingkah bodohnya tak akan berubah sampai anak ini remaja ternyata sifatnya mulai berubah. Kami bahkan, tak pernah yakin bahwa Hakim serius ataupun pintar di sekolah yang jelas kata temannya dia anak NAPI(Nakal Tapi Pintar) bahasa ini lah,, yang mebuat kami berdua tak yakin.


Setelah imam mengucapkan kata “asslamualaikum warohmatullah” hingga dua kali sholat magrib pun selesai. Kami bertiga saling bersalam-salaman tapi, kali` ini hakim sedikit ramah pada kita akan tetapi Hakim berbisik dengan suara pelan seraknya “Ron, kalau aku berpisah dengan kalian berdua gimana yaa?” kalimat itu membuat Rona, anak lugu langsung menjawab “Wooo.. kamu tuu mau apa kita berpisah edan tenann sampean.” Kami bertiga hendak membeli jajanan di depan Masjid. Hakim masih terlihat sangat senang. Akan tetapi, tidak berselang lama dia meminta agar kita cepat-cepat. “Heyy ayoo cepat nanti aku di marahi ibuku!!” ujarnya dengan nada serak basahnya tidak seperti biasa juga karena biasanya dia yang paling telat pulang. Dengan, mata kain di kantongnya berbunyi “kring-kring” di kantong dari anak ini.


Tidak begitu lama suara ini lenyap dari kami,, aku masih melihat jelas wajah dan perasaan anak ini seperti bimbang, aku sangat khawatir pada sahbatku ini. Raut muka yang biasanya ceria berubah menjadi kesedihan dan kebimbangan, anak ini seperti ingin berterus terang pada kami. Saat selesai membeli kami mendengar suara mobil yang seperti menabrak sesuatu dengan dahsyat. Aku dan Rona waktu itu hanya melihat dari seberang,, aku melihat anak sebayaku yang berlumur darah merah, aku merinding dan langsung lemas Rona pun menanyakan “Aku seperti tau ciri-ciri anak itu apakah dia Hakim yaa?” ujar anak lugu berkaos putih ini aku pun menjawab “Kalau benar dia aku akan menangis sekuat-kuatnya.” Ambulan menghampiri anak itu, dengan cepat berlalu kami pulang.
Saat, itu aku di hantui ketegangan yang luar biasa. Aku seperti jatuh dan hanyut ke dalam kesedihan. Saat dating ke desa banyak bendera-bendera warna putih terpasang dan rumah Hakim pun sangat ramai. Aku tidak sanggup menahan tangis hingga bibirku bergetar hingga aku tak sampai di rumah dengan kakiku sendiri, yaa aku pingsan. Aku tak pernah menyangka anak ini bisa meninggal dalam keadaan mengenaskan. Cepat-cepat aku dan Rona pun pergi ke rumahnya. “Ini adalah salahku tante, salahku!! Dia ingin cepat-cepat pulang tapi kami masih saja berdiri tegap di toko itu, coba saja aku menemani Hakim pasti dia akan selamat” ujar anak lugu itu. Suasana menghening, membiru dan tampak kaku aku pun hanya menahan dalam-dalam tangisanku.


Mata kain yang ada di dalam kantong anak pintar ini di taruh ke dalam sebuah Tupperware. Aku melihat mata kainnya yang begitu banyak aku sangat sedih melihat barang peninggalan anak ini. Aku tidak akan pernah menyangka anak ini sudah duluan di bandingkan kami berdua aku hanya merenung setiap hari setelah kepergian anak itu. Bahkan,, Rona sahabatku juga tak pernah lagi memanggilku untuk bermain. Kami berdua bahkan sudah seminggu tak pernah bertemu. Di masjid aku juga tak pernah melihat anak lugu ini. Mungkin walaupun begitu aku tetap sahabatnya.

MEMANG HIDUP HANYA SEMENTARA TAPI, TAK ADA YANG LEBIH BERARTI DARI SAHABAT, SAYANGILAH SAHABATMU SEBELUM KAMU MENEMUI AJALMU SENDIRI.